Putri (bukan nama sebenarnya) adalah seorang karyawan muda berbakat di sebuah kantor. Putri selalu memiliki ide-ide cemerlang untuk pengembangan kantornya. Tetapi manajernya tidak pernah menghargai Putri. Si manajer tidak pernah mendengarkan dengan baik usulan Putri dan selalu buru-buru mengatakan bahwa usul Putri buruk, tidak cocok, dan tidak akan berhasil. Si manajer juga selalu mengatakan hal-hal yang membuat Putri merasa bodoh dan bahwa Putri tidak akan pernah bisa melakukan apapun dengan baik. Bahkan ketika Putri berhasil melakukan suatu pekerjaan, si manajer selalu mengecilkan pencapaian Putri tersebut dan mengatakan bahwa Putri hanya beruntung saja dan bukan karena kapasitas atau kerja keras Putri.
Putri mengalami hal-hal tersebut sejak 3 tahun lalu. Akhirnya Putri menjadi orang yang tidak percaya diri dan merasa bahwa ia memang tidak memiliki kapasitas apapun. Putri tidak tahu lagi kelebihannya apa, dan kalaupun memiliki ide, Putri akan langsung buru-buru menganggap bahwa idenya tersebut tidak akan berhasil.
Putri mengalami apa yang disebut dengan kekerasan psikis. Sampai hari ini, masih banyak orang yang menganggap sepele soal kekerasan psikis, dibandingkan dengan bentuk-bentuk kekerasan lain seperti kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan ekonomi, dan kekerasan sosial. Mungkin karena dalam peristiwa kekerasan psikis, dampaknya tidak bisa langsung terlihat seperti bentuk-bentuk kekerasan yang lainnya. Selain itu, bentuk atau ekspresi dari kekerasan psikis juga tidak bisa diidentifikasi semudah bentuk-bentuk kekerasan lainnya.
Padahal kekerasan psikis ini dampaknya fatal lho dan bisa terus dibawa oleh si korban selamanya. Bahkan di beberapa kasus bisa menyebabkan dampak berantai juga. Mari kita bahas lebih dalam tentang kekerasan psikis, agar kita tidak sampai menjadi korban apalagi menjadi pelaku.

Kekerasan psikis adalah segala bentuk tindakan atau perbuatan yang tidak menyenangkan, baik yang dilakukan secara verbal maupun non-verbal, yang menyebabkan ketidaknyamanan secara psikis, termasuk perasaan sakit hati, terhina, malu, terluka, takut, dendam, khawatir, dan emosi-emosi negatif lainnya.
Tadi disebutkan, kekerasan psikis bisa dilakukan secara verbal atau menggunakan kata-kata, misalnya seperti dicaci-maki, dikata-katai, dibentak-bentak, dihina, dipermalukan, dan lain-lain. Ada juga yang non-verbal atau tanpa menggunakan kata-kata secara langsung misalnya diselingkuhi, didiamkan selama berhari-hari, dipelototi, diperlakukan dengan kasar, dan seterusnya.
Ada juga gabungan antara keduanya, seperti tidak dihargai, disepelekan, dianggap bodoh, direndahkan, dibatasi perkembangan dirinya, dipaksa untuk menjadi seseorang yang bukan dirinya, dibuat merasa tidak berharga, tidak pernah diberi kepercayaan, tidak dianggap, tidak pernah didengarkan pendapatnya, selalu dijatuhkan mentalnya, dan masih banyak lagi, silakan ditambahkan.
Kekerasan psikis ini merupakan bentuk kekerasan yang unik, karena ia bisa berdiri sendiri, sekaligus ia akan selalu ada menyertai keempat bentuk kekerasan lainnya. Misalnya ketika terjadi kekerasan fisik, korban dipukul oleh pasangannya, nah selain mengalami kekerasan fisik (dipukul) ia juga akan sekaligus mengalami kekerasan psikis di situ (merasa tidak dihargai, direndahkan harkat martabatnya sebagai seorang manusia, dan lain-lain).
Demikian juga ketika korban mengalami kekerasan seksual misalnya mengalami pelecehan seksual, di dalam peristiwa itu sudah otomatis korban juga akan mengalami kekerasan psikis yaitu dipermalukan dan direndahkan harkat martabatnya sebagai seorang manusia. Begitu pula dengan ketika korban mengalami kekerasan ekonomi dan kekerasan sosial.
Keunikan lain dari kekerasan psikis adalah kekerasan bentuk ini seringkali susah dikenali karena membingungkan dan sulit didefinisikan, apalagi jika terjadi dalam waktu yang lama. Ditambah lagi, biasanya kekerasan psikis ini dilakukan oleh orang-orang terdekat kita, misalnya pasangan kita, atasan/bos kita, orangtua kita, teman kita, guru/pengajar kita, saudara kita, dan lain-lain yang membuat hal tersebut menjadi semakin rumit dinamikanya.
Padahal dampak dari kekerasan psikis ini tidak main-main lho, dari mulai dampak ringan hingga dampak yang fatal. Seperti halnya bentuk-bentuk kekerasan yang lain, dampak dari kekerasan psikis bisa jangka pendek, jangka panjang, bahkan hingga seumur hidup tidak akan hilang.
Baca juga: Aku Pekerja Rumah Tangga: Bukan Asisten Rumah Tangga, Apalagi Pembantu Rumah Tangga
Berikut adalah dampak yang akan terjadi pada diri kita jika kita mengalami kekerasan psikis, apalagi jika kekerasan psikis tersebut terjadi terus-menerus atau dalam jangka waktu lama.
- Kita akan mengalami stres, depresi, frustrasi, serta menurun rasa percaya diri dan rasa cinta serta rasa bangga kita pada diri kita sendiri. Kita menjadi pesimis dan kehilangan semangat untuk mengembangkan diri kita.
- Kita akan mempercayai dan meyakini bahwa apa yang dikatakan atau ditunjukkan oleh pelaku itu benar, yaitu bahwa diri kita memang tidak berharga dan tidak mampu. Bagaimana pelaku memandang dan memperlakukan kita pun akhirnya menjadi citra diri kita yang baru yang kita amini.
- Kita akan kehilangan kemampuan untuk berpikir, bertindak, dan membuat keputusan. Dengan kata lain, secara perlahan-lahan kita menjadi tidak berdaya. Proses ini kadang disertai dengan semakin meningkatnya ketergantungan kita terhadap pelaku, dan kita menjadi semakin kehilangan diri kita. Ujung-ujungnya, kita jadi tidak mengenal lagi siapa diri kita.
- Kita akan mengalami perubahan karakter menjadi pribadi yang negatif, seperti menjadi sinis, mudah marah, galak, pesimis, tidak sensitif, tegaan, dan seterusnya. Orang-orang terdekat kita pun protes karena kita tidak lagi menjadi orang yang menyenangkan, kreatif, dan penuh semangat.
- Kita akan melakukan hal yang sama pada orang lain yang lebih lemah, dan tanpa kita sadari kita sudah menjadi orang jahat; kita menjadi pelaku kekerasan psikis selanjutnya. Ini adalah dampak yang paling fatal, karena akhirnya kita pun turut melanggengkan budaya dan cara-cara kekerasan.
Tidak main-main kan dampak dari kekerasan psikis? Jadi, sebisa mungkin segeralah keluar dari situasi kekerasan, walaupun itu sulit dan kadang mahal bayarannya. Apapun konsekuensinya, segera selamatkan diri kita sejak kita menemukan indikasi kekerasan psikis sekecil apapun. Tentu hal ini tidak akan mudah, bahkan mungkin sangat sulit dan rumit.
Oleh karena itu jangan ragu untuk mencari pertolongan dan meminta bantuan. Misalnya dengan meminta dukungan dari orang-orang terdekat kita, memperkuat sistem dukungan kita, mencari ruang aman untuk bercerita, atau menghubungi lembaga-lembaga yang menyediakan layanan bagi korban kekerasan serta bantuan-bantuan profesional lainnya. Karena kekerasan psikis itu bukan masalah sepele. Kekerasan psikis adalah masalah krusial!***
Penulis: Fitri Indra Harjanti – Gender specialist, fasilitator, dan konsultan freelance yang tinggal di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.





Tinggalkan komentar