Sejak Saat Itu
Aku berjalan sendiri ke arah gelap Aku memeluk diri seakan tak ada hari esok Kegembiraan itu terenggut dalam jiwa ini Kau merusak segala yang aku pertaruhkan Atas segala yang kita jalani Atas segala yang kita yakini Kenyataan tidak seindah yang berjalan Kenyataan kau pergi meninggalkan Sisa waktu yang kita habiskan Sisa cerita yang tinggal setengah jalan Harus kita ikhlaskan Aku dan kamu sejak saat itu sudah tidak menjadi kita

Selamatkan Tubuhku
Sial
Kau telah menyentuhku
Kau nodai warna putih bajuku menjadi bercak merah
Kau hempaskan diriku pada hamparan menuju keterpurukan
Sial
Aku tak mampu berdiri sendirian
Aku berjalan dalam kesepian yang begitu memuakkan
Hingga uluran tangan itu menjangkauku setelah sekian bulan
Tubuhku
Selamatkan aku
Tubuhku
Mari berdiri untuk pulih
Mari kita memeluk diri dan menyelamatkan jiwa ini
Ragaku Miliknya
Kala itu aku tak berpikir panjang
Menjalani pekerjaan yang bukan keinginan
Kala itu aku tak sengaja bertanya soal pekerjaan
dan menerimanya begitu saja tanpa berpikir panjang
Ragaku terbawa alur yang tercipta
Kau ciptakan suasana, bahwa dirimu pelindung dan
Pembawa kesuksesan bagi setiap yang hadir
Jiwaku mengiyakan segala ucapan yang kau lontarkan
Tanpa aku sadar, racun-racun itu perlahan masuk ke tubuh tanpa permisi

Ucapan, senyuman, sentuhan yang aku anggap adalah perlindungan
Ternyata adalah caramu memanfaatkan tubuhku
Memanfaatkan ketidaktahuanku
Memanfaatkan kelemahan dan ketidakkuasaanku atas tubuhku
Merayu dengan begitu mendayu-dayu
Padahal tertampang CCTV pada ruang kamar bersama istrimu
Seharusnya kamu malu
Seharusnya aku tak mau
Semua terjadi
Belum sampai lepas
Belum sampai nahas
Namun aku menahan napas
Mengingat hal pilu yang mengeras dalam ingatan
Aku tak hati-hati
Aku berdiri memandang kosong pada layar depan
Yang terjadi baru saja, adalah sadar keinginanku
Yang terjadi baru saja, adalah sadar atas dasar suka sama suka
Yang tak sadar adalah setelahnya
Setelahnya aku kaku
Setelahnya aku terbaring kebingungan, kedinginan, ketakutan
Pelukan, suara hangat, bisikan semangat, tak ada terdengar
Setelahnya aku menyadari
Tubuhku tak lagi perawan
Tubuhku
Sudah tak perawan
Kukatakan pada dia yang aku cinta
Kukatakan pada dia yang aku percaya
Jawabnya mengapa bisa dan mengapa tak kau hati-hati
Jawabnya sudahlah memang pantas kau tak perawan
Jawabnya terima lah itu salahmu
Kesalahanmu yang tak hati-hati
Kosong
Gadis cantik
Apa kabarmu
Aku terpana sekali lagi
Aku terjatuh dalam lubang yang sama sekali lagi
Tanpa aba-aba kehadiranmu membawaku kembali ke dunia
Membawaku kembali dalam hari-hari sunyi
Kekosongan yang aku rasakan
Ketakutan atas luka yang kau berikan
Ternyata hanya mampu disembuhkan oleh dirimu seorang
Ah, pengecut
Ah, gadis lemah
Ucapan itu muncul di pikiranku
Pikiran yang mengonstruksiku
Jangan diterima
Ucap sekitarku dan teman-temanku
Sekali lagi konstruksi lingkungan datang membingungkanku

Tak Berdaya
Masih kuingat
Muka tanpa dosa yang kau layangkan di hadapanku
Muka tempias keinginan ketika melihat tubuhku
Masih kuingat
Paksaanmu yang membuatku tak berdaya
Paksaan yang kau anggap bisa membuat aku terpana
Kau salah
Aku memang benar salah
Kau pendusta
Pencari wanita untuk dirusak saja.
Intan Ratna Sari atau yang kerap dipanggil Intan merupakan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, ia aktif dalam organisasi internal maupun eksternal kampus. Saat ini ia menjadi volunteer media sosial percaforwomen, dan sedang menggeluti bidang tulis menulis.





Tinggalkan Balasan ke Tara Batalkan balasan